SDN SADENGKOLOT
Jl. Raya Pagelaran Desa Sadengkolot Leuwisadeng Bogor
Kamis, 15 Maret 2012
Coba Berbuat Baik: Intermezzo
Coba Berbuat Baik: Intermezzo: Oneng: Aye bingung Bang, Pangeran William pan Ganteng, tinggi lg, Kenape die kawin ame cewek Kate sih,Bang? Bajuri: Ih si Oneng, Kate itu d...
Rabu, 07 Maret 2012
"Hujan"
Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair seperti salju, batu es dan slit.
Hujan memerlukan keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat menemui
suhu di atas titik leleh es di dekat dan di atas permukaan Bumi. Di
Bumi, hujan adalah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir air
yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di daratan. Dua proses
yang mungkin terjadi bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh
menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke
udara. Virga
adalah presipitasi yang jatuh ke Bumi namun menguap sebelum mencapai
daratan; inilah satu cara penjenuhan udara. Presipitasi terbentuk
melalui tabrakan antara butir air atau kristal es dengan awan. Butir hujan memilik ukuran yang beragam mulai dari pepat, mirip panekuk (butir besar), hingga bola kecil (butir kecil).
Kelembapan yang bergerak di sepanjang zona perbedaan suhu dan kelembapan tiga dimensi yang disebut front cuaca adalah metode utama dalam pembuatan hujan. Jika pada saat itu ada kelembapan dan gerakan ke atas yang cukup, hujan akan jatuh dari awan konvektif (awan dengan gerakan kuat ke atas) seperti kumulonimbus (badai petir) yang dapat terkumpul menjadi ikatan hujan sempit. Di kawasan pegunungan, hujan deras bisa terjadi jika aliran atas lembah meningkat di sisi atas angin permukaan pada ketinggian yang memaksa udara lembap mengembun dan jatuh sebagai hujan di sepanjang sisi pegunungan. Di sisi bawah angin pegunungan, iklim gurun dapat terjadi karena udara kering yang diakibatkan aliran bawah lembah yang mengakibatkan pemanasan dan pengeringan massa udara. Pergerakan truf monsun, atau zona konvergensi intertropis, membawa musim hujan ke iklim sabana. Hujan adalah sumber utama air tawar di sebagian besar daerah di dunia, menyediakan kondisi cocok untuk keragaman ekosistem, juga air untuk pembangkit listrik hidroelektrik dan irigasi ladang. Curah hujan dihitung menggunakan pengukur hujan. Jumlah curah hujan dihitung secara aktif oleh radar cuaca dan secara pasif oleh satelit cuaca.
Sumber : Wikipedia.
Kelembapan yang bergerak di sepanjang zona perbedaan suhu dan kelembapan tiga dimensi yang disebut front cuaca adalah metode utama dalam pembuatan hujan. Jika pada saat itu ada kelembapan dan gerakan ke atas yang cukup, hujan akan jatuh dari awan konvektif (awan dengan gerakan kuat ke atas) seperti kumulonimbus (badai petir) yang dapat terkumpul menjadi ikatan hujan sempit. Di kawasan pegunungan, hujan deras bisa terjadi jika aliran atas lembah meningkat di sisi atas angin permukaan pada ketinggian yang memaksa udara lembap mengembun dan jatuh sebagai hujan di sepanjang sisi pegunungan. Di sisi bawah angin pegunungan, iklim gurun dapat terjadi karena udara kering yang diakibatkan aliran bawah lembah yang mengakibatkan pemanasan dan pengeringan massa udara. Pergerakan truf monsun, atau zona konvergensi intertropis, membawa musim hujan ke iklim sabana. Hujan adalah sumber utama air tawar di sebagian besar daerah di dunia, menyediakan kondisi cocok untuk keragaman ekosistem, juga air untuk pembangkit listrik hidroelektrik dan irigasi ladang. Curah hujan dihitung menggunakan pengukur hujan. Jumlah curah hujan dihitung secara aktif oleh radar cuaca dan secara pasif oleh satelit cuaca.
Sumber : Wikipedia.
"Big Bang"
Adalah Georges Lemaître, seorang biarawan Katolik Roma Belgia, yang mengajukan teori ledakan dahsyat mengenai asal usul alam semesta, walaupun ia menyebutnya sebagai "hipotesis atom purba". Kerangka model teori ini bergantung pada relativitas umum Albert Einstein dan beberapa asumsi-asumsi sederhana, seperti homogenitas dan isotropi ruang. Persamaan yang mendeksripsikan teori ledakan dahsyat dirumuskan oleh Alexander Friedmann. Setelah Edwin Hubble pada tahun 1929 menemukan bahwa jarak bumi dengan galaksi yang sangat jauh umumnya berbanding lurus dengan geseran merahnya, sebagaimana yang disugesti oleh Lemaître pada tahun 1927, pengamatan ini dianggap mengindikasikan bahwa semua galaksi dan gugus bintang yang sangat jauh memiliki kecepatan tampak yang secara langsung menjauhi titik pandang kita: semakin jauh, semakin cepat kecepatan tampaknya.[7]
Jika jarak antar gugus-gugus galaksi terus meningkat seperti yang terpantau sekarang, semuanya haruslah pernah berdekatan pada masa lalu. Gagasan ini secara rinci mengarahkan pada suatu keadaan massa jenis dan suhu yang sebelumnya sangat ekstrem.[8][9][10] Berbagai pemercepat partikel raksasa telah dibangun untuk mencoba dan menguji kondisi tersebut, yang menjadikan teori tersebut dapat konfirmasi dengan signifikan, walaupun pemercepat-pemercepat ini memiliki kemampuan yang terbatas untuk menyelidiki fisika partikel. Tanpa adanya bukti apapun yang berhubungan dengan pengembangan awal yang cepat, teori ledakan dahsyat tidak dan tidak dapat memberikan beberapa penjelasan mengenai kondisi awal alam semesta, melainkan mendeskripsikan dan menjelaskan perubahan umum alam semesta sejak pengembangan awal tersebut. Kelimpahan unsur-unsur ringan yang terpantau di seluruh kosmos sesuai dengan prediksi kalkulasi pembentukan unsur-unsur ringan melalui proses nuklir di dalam kondisi alam semesta yang mengembang dan mendingin pada awal beberapa menit kemunculan alam semesta sebagaimana yang diuraikan secara terperinci dan logis oleh nukleosintesis ledakan dahsyat.
Fred Hoyle mencetuskan istilah Big Bang pada sebuah siaran radio tahun 1949. Dilaporkan secara luas bahwa, Hoyle yang mendukung model kosmologis alternatif "keadaan tetap" bermaksud menggunakan istilah ini secara peyoratif, namun Hoyle secara eksplisit membantah hal ini dan mengatakan bahwa istilah ini hanyalah digunakan untuk menekankan perbedaan antara dua model kosmologis ini.[11][12][13] Hoyle kemudian memberikan sumbangsih yang besar dalam usaha para fisikawan untuk memahami nukleosintesis bintang yang merupakan lintasan pembentukan unsur-unsur berat dari unsur-unsur ringan secara reaksi nuklir. Setelah penemuan radiasi latar mikrogelombang kosmis pada tahun 1964, kebanyakan ilmuwan mulai menerima bahwa beberapa skenario teori ledakan dahsyat haruslah pernah terjadi.
Sumber : Wikipedia
Rabu, 29 Februari 2012
Tokoh Bulan ini
Albert Einstein
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
"Einstein" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain dari Einstein, lihat Einstein (disambiguasi).
Albert Einstein | |
---|---|
Albert Einstein di tahun 1921 |
|
Lahir | 14 Maret 1879 Ulm, Kerajaan Württemberg, Kerajaan Jerman |
Meninggal | 18 April 1955 (umur 76) Princeton, New Jersey, Amerika Serikat |
Tempat tinggal | Jerman, Italia, Swiss, Amerika Serikat |
Suku | Yahudi |
Kewarganegaraan |
|
Alma mater | |
Dikenal karena | |
Pasangan | Mileva Marić (1903–1919) Elsa Löwenthal, née Einstein, (1919–1936) |
Penghargaan |
|
Tanda tangan |
Setelah teori relativitas umum dirumuskan, Einstein menjadi terkenal ke seluruh dunia, pencapaian yang tidak biasa bagi seorang ilmuwan. Di masa tuanya, keterkenalannya melampaui ketenaran semua ilmuwan dalam sejarah, dan dalam budaya populer, kata Einstein dianggap bersinonim dengan kecerdasan atau bahkan genius. Wajahnya merupakan salah satu yang paling dikenal di seluruh dunia.
Pada tahun 1999, Einstein dinamakan "Tokoh Abad Ini" oleh majalah Time.
Untuk menghargainya, sebuah satuan dalam fotokimia dinamai einstein, sebuah unsur kimia dinamai einsteinium, dan sebuah asteroid dinamai 2001 Einstein.
Rumus Einstein yang paling terkenal adalah E=mc²
Biografi
Masa muda dan universitas
Einstein dilahirkan di Ulm di Württemberg, Jerman; sekitar 100 km sebelah timur Stuttgart. Bapaknya bernama Hermann Einstein, seorang penjual ranjang bulu yang kemudian menjalani pekerjaan elektrokimia, dan ibunya bernama Pauline. Mereka menikah di Stuttgart-Bad Cannstatt. Keluarga mereka keturunan Yahudi; Albert disekolahkan di sekolah Katholik dan atas keinginan ibunya dia diberi pelajaran biola.Pada umur lima tahun, ayahnya menunjukkan kompas kantung, dan Einstein menyadari bahwa sesuatu di ruang yang "kosong" ini beraksi terhadap jarum di kompas tersebut; dia kemudian menjelaskan pengalamannya ini sebagai salah satu saat yang paling menggugah dalam hidupnya. Meskipun dia membuat model dan alat mekanik sebagai hobi, dia dianggap sebagai pelajar yang lambat, kemungkinan disebabkan oleh dyslexia, sifat pemalu, atau karena struktur yang jarang dan tidak biasa pada otaknya (diteliti setelah kematiannya). Dia kemudian diberikan penghargaan untuk teori relativitasnya karena kelambatannya ini, dan berkata dengan berpikir dalam tentang ruang dan waktu dari anak-anak lainnya, dia mampu mengembangkan kepandaian yang lebih berkembang. Pendapat lainnya, berkembang belakangan ini, tentang perkembangan mentalnya adalah dia menderita Sindrom Asperger, sebuah kondisi yang berhubungan dengan autisme.
Einstein mulai belajar matematika pada umur dua belas tahun. Ada gosip bahwa dia gagal dalam matematika dalam jenjang pendidikannya, tetapi ini tidak benar; penggantian dalam penilaian membuat bingung pada tahun berikutnya. Dua pamannya membantu mengembangkan ketertarikannya terhadap dunia intelek pada masa akhir kanak-kanaknya dan awal remaja dengan memberikan usulan dan buku tentang sains dan matematika.
Pada tahun 1894, dikarenakan kegagalan bisnis elektrokimia ayahnya, Einstein pindah dari Munich ke Pavia, Italia (dekat kota Milan). Albert tetap tinggal untuk menyelesaikan sekolah, menyelesaikan satu semester sebelum bergabung kembali dengan keluarganya di Pavia.
Kegagalannya dalam seni liberal dalam tes masuk Eidgenössische Technische Hochschule (Institut Teknologi Swiss Federal, di Zurich) pada tahun berikutnya adalah sebuah langkah mundur dia oleh keluarganya dikirim ke Aarau, Swiss, untuk menyelesaikan sekolah menengahnya, di mana dia menerima diploma pada tahun 1896, Einstein beberapa kali mendaftar di Eidgenössische Technische Hochschule. Pada tahun berikutnya dia melepas kewarganegaraan Württemberg, dan menjadi tak bekewarganegaraan.
Pada 1898, Einstein menemui dan jatuh cinta kepada Mileva Marić, seorang Serbia yang merupakan teman kelasnya (juga teman Nikola Tesla). Pada tahun 1900, dia diberikan gelar untuk mengajar oleh Eidgenössische Technische Hochschule dan diterima sebagai warga negara Swiss pada 1901. Selama masa ini Einstein mendiskusikan ketertarikannya terhadap sains kepada teman-teman dekatnya, termasuk Mileva. Dia dan Mileva memiliki seorang putri bernama Lieserl, lahir dalam bulan Januari tahun 1902. Lieserl Einstein, pada waktu itu, dianggap tidak legal karena orang tuanya tidak menikah.
Kerja dan Gelar Doktor
Pada saat kelulusannya Einstein tidak dapat menemukan pekerjaan mengajar, keterburuannya sebagai orang muda yang mudah membuat marah professornya. Ayah seorang teman kelas menolongnya mendapatkan pekerjaan sebagai asisten teknik pemeriksa di Kantor Paten Swiss pada tahun 1902. Di sana, Einstein menilai aplikasi paten penemu untuk alat yang memerlukan pengetahuan fisika. Dia juga belajar menyadari pentingnya aplikasi dibanding dengan penjelasan yang buruk, dan belajar dari direktur bagaimana "menjelaskan dirinya secara benar". Dia kadang-kadang membetulkan desain mereka dan juga mengevaluasi kepraktisan hasil kerja mereka.Einstein menikahi Mileva pada 6 Januari 1903. Pernikahan Einstein dengan Mileva, seorang matematikawan. Pada 14 Mei 1904, anak pertama dari pasangan ini, Hans Albert Einstein, lahir. Pada 1904, posisi Einstein di Kantor Paten Swiss menjadi tetap. Dia mendapatkan gelar doktor setelah menyerahkan thesis "Eine neue Bestimmung der Moleküldimensionen" ("On a new determination of molecular dimensions") pada tahun 1905 dari Universitas Zürich.
Pada tahun yang sama dia menulis empat artikel yang memberikan dasar fisika modern, tanpa banyak sastra sains yang dapat ia tunjuk atau banyak kolega dalam sains yang dapat ia diskusikan tentang teorinya. Banyak fisikawan setuju bahwa ketiga thesis itu (tentang gerak Brownian), efek fotolistrik, dan relativitas khusus) pantas mendapat Penghargaan Nobel. Tetapi hanya thesis tentang efek fotoelektrik yang mendapatkan penghargaan tersebut. Ini adalah sebuah ironi, bukan hanya karena Einstein lebih tahu banyak tentang relativitas, tetapi juga karena efek fotoelektrik adalah sebuah fenomena kuantum, dan Einstein menjadi terbebas dari jalan dalam teori kuantum. Yang membuat thesisnya luar biasa adalah, dalam setiap kasus, Einstein dengan yakin mengambil ide dari teori fisika ke konsekuensi logis dan berhasil menjelaskan hasil eksperimen yang membingungkan para ilmuwan selama beberapa dekade.
Dia menyerahkan thesis-thesisnya ke "Annalen der Physik". Mereka biasanya ditujukan kepada "Annus Mirabilis Papers" (dari Latin: Tahun luar biasa). Persatuan Fisika Murni dan Aplikasi (IUPAP) merencanakan untuk merayakan 100 tahun publikasi pekerjaan Einstein di tahun 1905 sebagai Tahun Fisika 2005.
Gerakan Brownian
Senin, 27 Februari 2012
Pra Kata
Assalaamu'alaikum Wr. Wb.
KURANG sejahteranya guru di Indonesia sudah menjadi rahasia umum. Maka, tak heran bila guru banyak yang bekerja sampingan untuk menutupi kebutuhan keluarganya. Bahkan, tidak sedikit yang berbuat curang dengan melakukan praktik manipulasi nilai siswanya dengan sejumlah bayaran. Mengerikan bukan. Ini fenomena yang hingga kini belum kunjung usai. Mengapa ini terjadi dan siapa yang salah? Jangan tanya pada rumput yang bergoyang.
Untuk memahami dan mengetahui lebih jauh perihal pendidikan dan guru di negeri tercinta ini, reporter Ahmad Sahidin dari Majalah Swadaya mewawancarai Ir. Giri Suryatmana, Wakil Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional (Pusat) Jakarta, di kediamannya Jalan Sangkuring S-8 (Kompleks Dosen ITB) Bandung, Jawa Barat. Berikut kutipan wawancaranya.
Apa yang melatarbelakangi diadakannya pelatihan guru berbasis Manajemen Qalbu yang bekerjasama dengan Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid dan Departemen Pelatihan MQ Yayasan Daarut Tauhiid beberapa waktu lalu?
Latar belakangnya karena kita membutuhkan perubahan cara berfikir para guru. Selama ini, proses belajar mengajar yang mereka lakukan itu hanya satu arah. Jadi, guru berperan sebagai satu-satunya sumber ilmu. Ini yang pertama. Kedua, kurang melibatkan siswa dalam menetapkan target belajar. Mereka itu dianggap objek saja. Ini sudah berpuluh-puluh tahun dilakukan. Maaf, mungkin karena sistemnya dulu itu top-down, satu arah, tapi berpengaruh juga kepada para guru. Seolah-olah tinggal perintah saja kepada siswa. Tidak ada kenikmatan belajar.
Guru itu bukan satu-satunya sumber ilmu. Guru itu berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembangun team work bagi para siswa. Sehingga, guru nanti tidak lagi mendorong anak-anak untuk belajar saja, tetapi membangun team work antara guru dan para pelajar. Mereka bisa menetapkan target belajar. Contohnya, kita tetapkan UAN (Ujian Akhir Nasional) mencapai rata-rata tujuh. Nah, siapa yang lemah kita movitasi dan siapa yang sudah menguasai harus membantu. Semua itu kita dapatkan ketika ikut pelatihan di Daarut Tauhiid.
Menurut Bapak, manfaat apa yang didapat para guru yang jadi peserta pelatihan kemarin?
Mereka antusias. Selama ini tidak terbayang kalau kita bekerja dalam team work, target itu jadi lebih enteng, dan pencapaian lebih menyenangkan. Saya lihat mereka enjoy karena ada proses-proses belajar yang menyenangkan. Itu yang mereka dapatkan.
Jadi, dengan pelatihan Menejemen Qalbu (MQ) di Daarut Tauhiid kemarin itu berharap ada perubahan paradigma?
Ya, karena saya melihat kelemahan dari paradigma yang ada atau diberlakukan hingga saat ini. Saya punya data, sistem belajar anak-anak kita itu dipercepat, diberondong, sehingga capaiannya tak berhasil. Ini yang riil jika dibanding negara Malaysia atau Singapura, jam belajar kita itu lebih tinggi dibandingkan kedua negara itu. Tapi hasilnya apa, kita itu paling rendah. Dari kemampuan matematika saja, Singapura itu jam belajarnya hanya 154. Ada ukurannya. Malaysia 160. Nah, kita jam belajar-mengajarnya lebih banyak. Tapi hasilnya kita paling rendah.
Mengapa itu bisa terjadi?
Ibarat makan, anak itu dipaksa, nggak ada gizinya lagi. Di Singapura dikasih makan dua kali tapi gizinya penuh, kita lima kali sehari tapi bakatul hungkul (sejenis makanan untuk unggas—red). Itu memang faktanya. Namun, yang perlu dicermati kita harus kembali kepada kompotensi gurunya. Saya punya data. Guru matematika SMA yang memberi soal ujian SMA, hanya 20% yang lulus dan 80%-nya di bawah standar. Ini akibat dari kurangnya bangsa ini memfasilitasi dan memberi kelayakan jasa untuk para guru. Kemarin sempat saya dengar ada kenaikan tunjangan guru. Eeh dari atas, nanti saja dulu, karena naik seratus ribu saja itu butuh Rp. 3 triliun. Akhirnya, guru sampai sekarang tunjangannya paling rendah. Kalah sama penyuluh pertanian. Tunjangan fungsional misalnya, sekitar lima ratus ribu. Guru hanya seratus sampai dua ratus ribu.
Nah, sekarang ini dengan adanya Undang-undang Guru, guru itu harus dapat insentif atau tunjangan-tunjangan yang menggiurkan. Sehingga, orang-orang terbaiklah nantinya yang akan jadi guru. Sekarang, yang jadi guru itu kan orang-orang yang berprinsip “daripada nganggur.” Apa yang mau dicapai dengan kondisi guru seperti itu. Sekarang ini harus ada perbaikan dari berbagai aspek. Dan, itu sudah menjadi komitmen bangsa ini melalui Undang-undang Guru bahwa guru harus sehat. Guru harus bersertifikat sebagai pendidik, mendapat tunjangan dan satu kali gaji. Jadi, nanti guru baru yang masuk sebagai guru, dapat tunjangan satu kali gaji dan tunjangan. Kalau dia mau ditugaskan di daerah terpencil tambah lagi tunjangannya jadi empat kali gaji. Ya, empat kali gaji dibanding yang lain, ditambah perumahan. Di samping itu, kalau tunjangan ini tidak dibarengi dengan sistem yang bagus, tidak akan jadi apa-apa.
Kalau fungsi guru sebenarnya apa dalam pendidikan dan pengajaran ini?
Fungsinya adalah membantu agar anak didik atau siswa itu menjadi subjek, bukan objek. Guru berfungsi sebagai pendorong, powering, motivator dan membangun team work. Bisa menetapkan target belajarnya. Ini ada yang sulit nih, tapi bagaimana caranya agar semua berhasil. Jadi, kalau ada 40 anak dalam satu kelas jangan ada yang ketinggalan prestasinya, kalau ada yang kurang, ayo bantu. Itu kan terasa, kalau kompak kan cepat. Kalau team work berjalan, bersatu semua kan gampang. Nah, dari pelatihan MQ kemarin saya melihat simulasi ini, bahwa tiap kelas harus bersaing secara sehat. Kalau sekarang kan gila, kecurangan-kecurangan dalan ujian nasional malah nampak.
Apa yang menyebabkan guru melakukan kecurangan seperti itu?
Itu terjadi karena para guru itu ditekan oleh birokrat agar nilai ujian di atas rata-rata nilai nasional. Sampai ada kelompok guru di Medan yang mengatakan bahwa ini pembodohan nasional. Mereka sedih dengan kelakuan-kelakuan kepala birokrat yang menekan mereka. Kasus ini harus kita angkat ke tingkat nasional, kita hukum birokratnya tanpa ampun. Mereka itu menjadi korban ambisi para birokrat. Nah, nanti kita buat aturan bahwa para birokrat yang mengurus pendidikan itu profesional.
Jadi, selama ini sistemlah yang menjadikan generasi bangsa kita lembek, tak berkualitas?
Ya, kita sadar ada suatu sistem yang membuat bangsa ini lembek. Bila kita bandingkan dengan negara Malaysia sangat jauh kualitasnya. Maaf, 2/3 anak kita ini pola berfikirnya hanya kuat di hafalan saja. Ini grade-nya budak. Harusnya, anak kita itu 2/3-nya punya kemampuan berfikir kreatif dan logis. Ini grade-nya ilmuwan. Maka, tak heran hingga saat ini negara kita masih rendah dibandingkan negara-negara lain. Anak-anak kita mah kualifikasinya buruk. Sekolah memang sekolah, tapi tak berkualitas, asal sekolah.
Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitasnya?
Ya, semua pihak, termasuk guru, birokrat dan unsur-unsur yang terkait bertanggungjawab terhadap persoalan ini. Ke depannya, agar bisa naik, guru harusnya sudah diberikan keleluasaan untuk mengatur sendiri silabusnya. Guru sudah diberi ruang untuk kreatif dan inovatif. Guru dalam mengajarnya harus menggunakan standar kompetensinya, ini standar isi dari visi generiknya, ini ujiannya. Bagaimana cara dan metode mengajarnya, atau bagaimana guru mengatur silabusnya, itu diserahkan masing-masing daerah yang mengatur sendiri. Ini kan kreatif. Maka, guru dan siswa itu yang harus kita bangun. Ada target nasional, masa kalah oleh Malaysia yang rata-rata mereka nilainya 8. Kita bikin team work, dari 40 anak mana yang paling pintar. Yang cerdas kita jadikan asisten dan untuk membantu. Seperti kemarin dalam pelatihan MQ, bikin kelompok dan kita gempur dengan target rata-rata delapan. Kalau ada yang masih lemah, kita bantu. Kalau itu bisa dimasyarakatkan kepada seluruh warga, insya Allah akan terjadi lompatan.
Selama ini, usaha apa yang dilakukan lewat birokrasi dan bagaimana tantangannya?
Paling berat adalah mengubah pola pikir birokrat di daerah. Celakanya, sekarang kan sudah desentralisasi. Yang katanya demokratis, ternyata melahirkan birokrasi-birokrasi yang tidak kompeten. Umumnya penunjukan kepala dinas itu tergantung situasi politik lokal. Siapa yang menjadi Bupati, dia yang jadi tim suksesnya dijadikan kepala dinas pendidikan meskipun ia itu mantri pasar atau mantri kuburan. Kan tidak lucu. Tetapi, karena dia punya massa, ya diangkat. Ini terjadi di kabupaten. Tidak tahu apa-apa soal pendidikan, ngurus pendidikan. Yang bahaya itu dia punya kuasa, tapi dia tidak kompeten. Sehingga nuansa sentralistik yang ada dipusat itu ada di kabupaten. Celakanya lagi, Uundang-undang No. 22 itu kan desentralisasi pendidikan. Orang Perancis saja kaget, mana ada pendidikan disentralisasikan. Sekarang untuk menanggulangi itu proses desentralisasi pendidikan itu langsung saja ke bawah. Nantinya kita ikut bertanggung jawab, sehingga wewenang yang lebih besar kepada tiga kelompok.
Pertama, kelompok profesional pengawas, yang selama ini lumpuh. Kedua, kelompok kerja kepala sekolah. Dan ketiga, kelompok kerja guru. Tiga inilah yang akan kita jadikan sokoguru terjadinya perbaikan mutu ditingkat Kabupaten. Dan, dinas itu hanya menjadi fasilitator. Jadi yang menentukan arah pendidikan kita adalah mereka bertiga. Dan umumnya saya punya opini mereka itu orang yang bagus, asal difasilitasi saja. Saya inginnya model pelatihan kemarin melibatkan tiga poin tadi. Harus sinergi. Harus ada semacam proses mengawasi dari mereka sendiri.
Bagaimana mewujudkannya?
Kita kerjasama dengan beberapa negara donor untuk memperkuat tiga soko guru tadi. Saya optimis. Saya melihat situasi seperti ini merupakan tantangan. Ini pekerjaan kita semua. Ya, harus dikerjakan tanpa kecuali. Kalau kita mau maju dan untuk tegaknya itu harus membangun apresiasi masyarakat.
Seberapa besar Bapak yakin terhadap apa yang digulirkan memberikan solusi yang terbaik untuk bangsa?
Insya Allah, saya yakin. Saya harus yakin bagaimana memikirkannya untuk ngarojong guru. Mari kita perbaiki dulu makannya, pendidikan anaknya, harkat martabatnya. Jangan mendzalimi, jadikan dia sebagai pilar profesional. Selama ini anggaran Pemda banyak dipake untuk pembangunan fisik, bukannya membangun sumber daya manusia yang unggul dan cerdas. Kalau mau maju, kita harus belajar dari Cina. Cina berhasil karena para gurunya. Guru di sana beda dengan guru di sini. Rumahnya saja seperti kandang kambing kalau di sini. Guru di Cina itu diimpor dari berbagai negara sambil memperbaiki kondisi gurunya.
Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.
Referensi : http://MajalahSwadaya.com
KURANG sejahteranya guru di Indonesia sudah menjadi rahasia umum. Maka, tak heran bila guru banyak yang bekerja sampingan untuk menutupi kebutuhan keluarganya. Bahkan, tidak sedikit yang berbuat curang dengan melakukan praktik manipulasi nilai siswanya dengan sejumlah bayaran. Mengerikan bukan. Ini fenomena yang hingga kini belum kunjung usai. Mengapa ini terjadi dan siapa yang salah? Jangan tanya pada rumput yang bergoyang.
Untuk memahami dan mengetahui lebih jauh perihal pendidikan dan guru di negeri tercinta ini, reporter Ahmad Sahidin dari Majalah Swadaya mewawancarai Ir. Giri Suryatmana, Wakil Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional (Pusat) Jakarta, di kediamannya Jalan Sangkuring S-8 (Kompleks Dosen ITB) Bandung, Jawa Barat. Berikut kutipan wawancaranya.
Apa yang melatarbelakangi diadakannya pelatihan guru berbasis Manajemen Qalbu yang bekerjasama dengan Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid dan Departemen Pelatihan MQ Yayasan Daarut Tauhiid beberapa waktu lalu?
Latar belakangnya karena kita membutuhkan perubahan cara berfikir para guru. Selama ini, proses belajar mengajar yang mereka lakukan itu hanya satu arah. Jadi, guru berperan sebagai satu-satunya sumber ilmu. Ini yang pertama. Kedua, kurang melibatkan siswa dalam menetapkan target belajar. Mereka itu dianggap objek saja. Ini sudah berpuluh-puluh tahun dilakukan. Maaf, mungkin karena sistemnya dulu itu top-down, satu arah, tapi berpengaruh juga kepada para guru. Seolah-olah tinggal perintah saja kepada siswa. Tidak ada kenikmatan belajar.
Guru itu bukan satu-satunya sumber ilmu. Guru itu berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembangun team work bagi para siswa. Sehingga, guru nanti tidak lagi mendorong anak-anak untuk belajar saja, tetapi membangun team work antara guru dan para pelajar. Mereka bisa menetapkan target belajar. Contohnya, kita tetapkan UAN (Ujian Akhir Nasional) mencapai rata-rata tujuh. Nah, siapa yang lemah kita movitasi dan siapa yang sudah menguasai harus membantu. Semua itu kita dapatkan ketika ikut pelatihan di Daarut Tauhiid.
Menurut Bapak, manfaat apa yang didapat para guru yang jadi peserta pelatihan kemarin?
Mereka antusias. Selama ini tidak terbayang kalau kita bekerja dalam team work, target itu jadi lebih enteng, dan pencapaian lebih menyenangkan. Saya lihat mereka enjoy karena ada proses-proses belajar yang menyenangkan. Itu yang mereka dapatkan.
Jadi, dengan pelatihan Menejemen Qalbu (MQ) di Daarut Tauhiid kemarin itu berharap ada perubahan paradigma?
Ya, karena saya melihat kelemahan dari paradigma yang ada atau diberlakukan hingga saat ini. Saya punya data, sistem belajar anak-anak kita itu dipercepat, diberondong, sehingga capaiannya tak berhasil. Ini yang riil jika dibanding negara Malaysia atau Singapura, jam belajar kita itu lebih tinggi dibandingkan kedua negara itu. Tapi hasilnya apa, kita itu paling rendah. Dari kemampuan matematika saja, Singapura itu jam belajarnya hanya 154. Ada ukurannya. Malaysia 160. Nah, kita jam belajar-mengajarnya lebih banyak. Tapi hasilnya kita paling rendah.
Mengapa itu bisa terjadi?
Ibarat makan, anak itu dipaksa, nggak ada gizinya lagi. Di Singapura dikasih makan dua kali tapi gizinya penuh, kita lima kali sehari tapi bakatul hungkul (sejenis makanan untuk unggas—red). Itu memang faktanya. Namun, yang perlu dicermati kita harus kembali kepada kompotensi gurunya. Saya punya data. Guru matematika SMA yang memberi soal ujian SMA, hanya 20% yang lulus dan 80%-nya di bawah standar. Ini akibat dari kurangnya bangsa ini memfasilitasi dan memberi kelayakan jasa untuk para guru. Kemarin sempat saya dengar ada kenaikan tunjangan guru. Eeh dari atas, nanti saja dulu, karena naik seratus ribu saja itu butuh Rp. 3 triliun. Akhirnya, guru sampai sekarang tunjangannya paling rendah. Kalah sama penyuluh pertanian. Tunjangan fungsional misalnya, sekitar lima ratus ribu. Guru hanya seratus sampai dua ratus ribu.
Nah, sekarang ini dengan adanya Undang-undang Guru, guru itu harus dapat insentif atau tunjangan-tunjangan yang menggiurkan. Sehingga, orang-orang terbaiklah nantinya yang akan jadi guru. Sekarang, yang jadi guru itu kan orang-orang yang berprinsip “daripada nganggur.” Apa yang mau dicapai dengan kondisi guru seperti itu. Sekarang ini harus ada perbaikan dari berbagai aspek. Dan, itu sudah menjadi komitmen bangsa ini melalui Undang-undang Guru bahwa guru harus sehat. Guru harus bersertifikat sebagai pendidik, mendapat tunjangan dan satu kali gaji. Jadi, nanti guru baru yang masuk sebagai guru, dapat tunjangan satu kali gaji dan tunjangan. Kalau dia mau ditugaskan di daerah terpencil tambah lagi tunjangannya jadi empat kali gaji. Ya, empat kali gaji dibanding yang lain, ditambah perumahan. Di samping itu, kalau tunjangan ini tidak dibarengi dengan sistem yang bagus, tidak akan jadi apa-apa.
Kalau fungsi guru sebenarnya apa dalam pendidikan dan pengajaran ini?
Fungsinya adalah membantu agar anak didik atau siswa itu menjadi subjek, bukan objek. Guru berfungsi sebagai pendorong, powering, motivator dan membangun team work. Bisa menetapkan target belajarnya. Ini ada yang sulit nih, tapi bagaimana caranya agar semua berhasil. Jadi, kalau ada 40 anak dalam satu kelas jangan ada yang ketinggalan prestasinya, kalau ada yang kurang, ayo bantu. Itu kan terasa, kalau kompak kan cepat. Kalau team work berjalan, bersatu semua kan gampang. Nah, dari pelatihan MQ kemarin saya melihat simulasi ini, bahwa tiap kelas harus bersaing secara sehat. Kalau sekarang kan gila, kecurangan-kecurangan dalan ujian nasional malah nampak.
Apa yang menyebabkan guru melakukan kecurangan seperti itu?
Itu terjadi karena para guru itu ditekan oleh birokrat agar nilai ujian di atas rata-rata nilai nasional. Sampai ada kelompok guru di Medan yang mengatakan bahwa ini pembodohan nasional. Mereka sedih dengan kelakuan-kelakuan kepala birokrat yang menekan mereka. Kasus ini harus kita angkat ke tingkat nasional, kita hukum birokratnya tanpa ampun. Mereka itu menjadi korban ambisi para birokrat. Nah, nanti kita buat aturan bahwa para birokrat yang mengurus pendidikan itu profesional.
Jadi, selama ini sistemlah yang menjadikan generasi bangsa kita lembek, tak berkualitas?
Ya, kita sadar ada suatu sistem yang membuat bangsa ini lembek. Bila kita bandingkan dengan negara Malaysia sangat jauh kualitasnya. Maaf, 2/3 anak kita ini pola berfikirnya hanya kuat di hafalan saja. Ini grade-nya budak. Harusnya, anak kita itu 2/3-nya punya kemampuan berfikir kreatif dan logis. Ini grade-nya ilmuwan. Maka, tak heran hingga saat ini negara kita masih rendah dibandingkan negara-negara lain. Anak-anak kita mah kualifikasinya buruk. Sekolah memang sekolah, tapi tak berkualitas, asal sekolah.
Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitasnya?
Ya, semua pihak, termasuk guru, birokrat dan unsur-unsur yang terkait bertanggungjawab terhadap persoalan ini. Ke depannya, agar bisa naik, guru harusnya sudah diberikan keleluasaan untuk mengatur sendiri silabusnya. Guru sudah diberi ruang untuk kreatif dan inovatif. Guru dalam mengajarnya harus menggunakan standar kompetensinya, ini standar isi dari visi generiknya, ini ujiannya. Bagaimana cara dan metode mengajarnya, atau bagaimana guru mengatur silabusnya, itu diserahkan masing-masing daerah yang mengatur sendiri. Ini kan kreatif. Maka, guru dan siswa itu yang harus kita bangun. Ada target nasional, masa kalah oleh Malaysia yang rata-rata mereka nilainya 8. Kita bikin team work, dari 40 anak mana yang paling pintar. Yang cerdas kita jadikan asisten dan untuk membantu. Seperti kemarin dalam pelatihan MQ, bikin kelompok dan kita gempur dengan target rata-rata delapan. Kalau ada yang masih lemah, kita bantu. Kalau itu bisa dimasyarakatkan kepada seluruh warga, insya Allah akan terjadi lompatan.
Selama ini, usaha apa yang dilakukan lewat birokrasi dan bagaimana tantangannya?
Paling berat adalah mengubah pola pikir birokrat di daerah. Celakanya, sekarang kan sudah desentralisasi. Yang katanya demokratis, ternyata melahirkan birokrasi-birokrasi yang tidak kompeten. Umumnya penunjukan kepala dinas itu tergantung situasi politik lokal. Siapa yang menjadi Bupati, dia yang jadi tim suksesnya dijadikan kepala dinas pendidikan meskipun ia itu mantri pasar atau mantri kuburan. Kan tidak lucu. Tetapi, karena dia punya massa, ya diangkat. Ini terjadi di kabupaten. Tidak tahu apa-apa soal pendidikan, ngurus pendidikan. Yang bahaya itu dia punya kuasa, tapi dia tidak kompeten. Sehingga nuansa sentralistik yang ada dipusat itu ada di kabupaten. Celakanya lagi, Uundang-undang No. 22 itu kan desentralisasi pendidikan. Orang Perancis saja kaget, mana ada pendidikan disentralisasikan. Sekarang untuk menanggulangi itu proses desentralisasi pendidikan itu langsung saja ke bawah. Nantinya kita ikut bertanggung jawab, sehingga wewenang yang lebih besar kepada tiga kelompok.
Pertama, kelompok profesional pengawas, yang selama ini lumpuh. Kedua, kelompok kerja kepala sekolah. Dan ketiga, kelompok kerja guru. Tiga inilah yang akan kita jadikan sokoguru terjadinya perbaikan mutu ditingkat Kabupaten. Dan, dinas itu hanya menjadi fasilitator. Jadi yang menentukan arah pendidikan kita adalah mereka bertiga. Dan umumnya saya punya opini mereka itu orang yang bagus, asal difasilitasi saja. Saya inginnya model pelatihan kemarin melibatkan tiga poin tadi. Harus sinergi. Harus ada semacam proses mengawasi dari mereka sendiri.
Bagaimana mewujudkannya?
Kita kerjasama dengan beberapa negara donor untuk memperkuat tiga soko guru tadi. Saya optimis. Saya melihat situasi seperti ini merupakan tantangan. Ini pekerjaan kita semua. Ya, harus dikerjakan tanpa kecuali. Kalau kita mau maju dan untuk tegaknya itu harus membangun apresiasi masyarakat.
Seberapa besar Bapak yakin terhadap apa yang digulirkan memberikan solusi yang terbaik untuk bangsa?
Insya Allah, saya yakin. Saya harus yakin bagaimana memikirkannya untuk ngarojong guru. Mari kita perbaiki dulu makannya, pendidikan anaknya, harkat martabatnya. Jangan mendzalimi, jadikan dia sebagai pilar profesional. Selama ini anggaran Pemda banyak dipake untuk pembangunan fisik, bukannya membangun sumber daya manusia yang unggul dan cerdas. Kalau mau maju, kita harus belajar dari Cina. Cina berhasil karena para gurunya. Guru di sana beda dengan guru di sini. Rumahnya saja seperti kandang kambing kalau di sini. Guru di Cina itu diimpor dari berbagai negara sambil memperbaiki kondisi gurunya.
Wassalaamu'alaikum Wr. Wb.
Referensi : http://MajalahSwadaya.com
Langganan:
Postingan (Atom)